Friday, May 16, 2008

HARMOKO - 10 tahun Reformasi menerbitkan buku

Sejak lengsernya Soeharto pada 21 mei 1998, nama Harmoko seperti lenyap ditelan bumi. padahal Mantan Ketua MPR/DPR ini disebut-sebut sebagai orang yang paling bersalah atas kejatuhan Pak Harto dari kursi presiden.

Berbagai dugaan dan tudingan ia biarkan tanpa bantahan. Dan untuk kesempatan pertama, setelah sepuluh tahun masa reformasi, Harmoko angkat bicara di Kick Andy.

Kemana sajakah pak harmoko selama ini? Padahal di masa lalu wajahnya selalu muncul di televisi.

“Saya tetap eksis. Diam tidak berarti berhenti. Saya tetap eksis menulis,” ujar Harmoko menanggapi pertanyaan tadi.

Kemunculannya kembali Harmoko kali ini disertai dengan sebuah buku berjudul ”Berhentinya Soehato; Fakta dan Kesaksian Harmoko”, yang akan diluncurkannya pekan depan.

Apakah buku ini dimaksudkan untuk mencuci tangan atau membersihkan namanya? Terlebih ia disebut sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas mundurnya Pak Harto? Bahkan ia dianggap telah menusuk Soeharto dari belakang?

“Saya tidak pernah mengasumsikan tangan saya kotor. Melalui buku ini saya ingin menyumbangkan fakta dan kesaksian saya sebagai pelaku sejarah,” katanya.

Seperti diketahui, Soeharto mengundurkan diri hanya 70 hari setelah pada 10 Maret 1998, sidang paripurna MPR/DPR yang dipimpin Harmoko memutuskan untuk mengangkat kembali Soeharto sebagai presiden yang ketujuh kalinya.

Demontrasi mahasiswa dan masyarakat yang berakhir dengan berbagai kerusuhan mendesak Pak Harto untuk mundur dari jabatannya. Kondisi ini sangat bertentangan dengan apa yang disampaikan Harmoko empat bulan sebelumnya, atau tepatnya pada tanggal 20 Januari 1998. Pada saat itu Harmoko menyatakan bahwa rakyat masih menghendaki Pak Harto sebagai presiden.

“Itu tidak benar. Saya sebagai Ketua Umum Golkar tidak mengecek seluruh rakyat, tapi pada kader Golkar. Secara politis kalau saya cek ke partai lain, itu namanya intervensi,” tandas Harmoko.

Empat bulan kemudian Harmoko meminta Pak Harto untuk mengundurkan diri. Menurut Harmoko, sebelum pernyataan itu keluar, para pimpinan fraksi DPR melakukan pertemuan tanggal 16 Mei. ”Kami mengambil sikap untuk mengutamakan kepentingan rakyat agar jangan terjadi pertumpahan darah. Kami sepakat membuat sebuah pernyataan, agar sesuai dengan kearifan dan kebijaksana agar Pak Presiden mengundurkan diri,” tuturnya.

Ketika ditanya soal perasaan pribadinya saat meminta Pak Harto untuk Mundur? Harmoko mengatakan, “Perasaan saya menyayangi Pak Harto. Ini bukan tega tapi konstitusional. Agar tak terjadi pertumbuhan darah.”

Dalam perbicangan di Kick Andy kali ini, Harmoko secara detail membeberkan detik-detik peristiwa reformasi yang dialaminya pada kurun waktu tanggal 1 -21 Mei 1998. Termasuk hubungannya dengan Keluarga Cendana pasca reformasi.

Setelah sepuluh tahun menghilang, kini Harmoko kembali dengan sebuah kejutan di dunia politik. Sebulan lalu, mantan pengurus partai Golkar ini tiba-tiba mendeklarasikan sebuah partai baru bernama Partai Kerakyatan Nasional.

Berbagai reaksi kemudian muncul. Ada yang menganggap ia berkhianat pada Partai Golkar yang membesarkannya. Ada juga yang menganggap bahwa kehadirannya kembali di dunia politik sudah tak layak lagi. Bahkan pengamat politik LIPI, Hermawan Sulistyo menyebutkan bahwa kemunculan kembali Harmoko di dunia politik lebih karena sindrom selebritis, atau kangen pada publisitas.

”Saya ucapkan terimakasih atas komentar kritik, dan sinisme mereka semua. Ini demokratis,” kata mantan wartawan ini. Menurutnya, ia sudah terbiasa dengan cemoohan pada dirinya. ”Saya tahu juga dulu orang bilang Harmoko hari-hari omong kosong, menteri petunjuk presiden... saya tahu. Tapi tenang saja.”

Satu hal yang tak pernah pupus dari kehidupan Harmoko, baik sebagai politisi, pejabat, bahkan setelah pensiun, yakni tetap melakukan safari alias melakukan kunjungan ke daerah-daerah. ”Safari itu silaturhami. Itu yang membuat kita awet muda.”

Dan itulah yang menjadi salah satu rahasianya, sehingga penampilan Harmoko sekarang ini nyaris tak berbeda dari penampilannya sepuluh tahun lalu.


No comments: