Wednesday, August 27, 2008

Candoleng-Doleng, Adegan Panas Lewat Musik

Diiringi hentakan musik 'house dangdut', tiga orang penyanyi wanita meliuk-liuk di atas panggung. Namun ada yang aneh, jarang sekali dari mulut mereka terdengar nyanyian. Di tengah pementasan, mereka justru lebih sering mengumbar desahan-desahan, seolah seperti sedang berhubungan intim.

Semakin lama goyangan mereka semakin "brutal,". Mereka berjoget-joget sambil membuka pakaian yang sebenarnya sudah terbilang mengundang syahwat itu. Menit-menit berikutnya adegan demi adegan panas mereka suguhkan. Tak hanya bapak-bapak, dan remaja yang menyaksikan hiburan organ tunggal super heboh itu, bocah-bocah usia belasanpun ikut melotot.

Pemandangan itu beberapa tahun terakhir sering di jumpai di acara-acara pesta pernikahan di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Masyarakat setempat menyebut hiburan itu candoleng-doleng.

Awal mula penyebutan candoleng-doleng berasal dari plesetan syair lagu penyanyi dangdut terkenal Itje Trisnawati, yang juga mantan istri aktor Eddy Soed. Dalam bahasa Indonesia, candoleng-doleng berarti 'berjuntai-juntai', yang dikonotasikan posisi alat kelamin pria atau payudara.

Goyang candoleng-doleng mulai dikenal di Sidrap pada tahun 2003 lalu. Dalam sekejap, goyang erotis itu menjadi sangat populer karena ditampilkan secara murah meriah pada pesta pernikahan, atau dalam acara pesta kelompok pemuda tertentu.

Show murah meriah itu ditampilkan secara khusus oleh penyanyi grup elekton (sejenis organ tunggal).

Aksi itu, biasanya diiringi dengan musik 'house dangdut' yang berdurasi sekitar tiga puluh menit. Saat beraksi, penyanyi biasanya tidak tampil sendiri. Mereka biasanya tampil berdua atau bertiga.

Dalam goyangannya, artis elekton juga selalu tampil 'seksi' dengan menggunakan baju ketat dan sangat minim. Entah siapa awalnya yang mempopulerkan candoleng-doleng. Namun yang jelas wabah hiburan erotis itu, kini kerap dijumpai. Hiburan seronok yang biasanya di lakukan malam hari ini, pun kini bisa dijumpai pada siang hari. (Syahlan)

G-Pluck Tampil Di Inggris

[g-pluck.jpg]

Kelompok musik G-Pluck, yang mengklaim diri sebagai The Beatles-nya
Indonesia, menggelar pertunjukan perdana di Cavern Pub, Mathew
Street,Liverpool, Inggris.

Aksi pada Jumat malam itu adalah
untuk meramaikan "Beatles Week Festival" di kota kelahiran grup band
legendaris asal Inggris itu.

Kelompok G-Pluck asal Bandung
tersebut mengusung lagu "Shake it up, baby", "Twist and shout", "Come
on baby", "Work it on out", "Ask Me Why", dan "Hello, Goodbye dan
Help". Kelompok musik yang mengenakan seragam lengkap khas Beatles itu
tampil memukau.

"Bangga sekali, saya akhirnya bisa melihat grup
band Indonesia tampil di ajang international," ujar Tuni Morris, yang
tinggal bersama suami di Merseyside, Liverpool kepada koresponden
ANTARA London.

G-Pluck Beatles Band yang dibentuk 2001 tersebut
digawangi empat personel, yaitu Awan Garnida (bas), Wawan (gitar
melodi), Adnan Sigit (gitar), Beni Pratama (drum), dan dua "additional
player" Ramundo Gascaro dan Tompak (keyboard).

Suasana di Cavern
Pub, yang dulu tempat manggung The Beatles, tampak meriah karena hari
itu adalah hari pertama grup-grup dari berbagai belahan dunia tampil
menyanyikan lagu-lagu legendaris Beatles.

Para penonton terdiri
dari tua-muda hampir semua ikut bergoyang mengikuti alunan musik.
Selesai lagu pertama, Awan, sang gitaris mencoba menyapa semua penonton
dan dilanjutkan dengan lagu kedua, `I Feel Fine`. Lagu yang diciptakan
John Lennon itu membuat penonton dan suasana di Cavern bertambah
"panas."

Saking semangatnya di akhir lagu, sang gitaris, Adnan
Sigit mengucapkan "Terima Kasih" kepada penonton. Begitu semangatnya
tampil di Cavern membuat mereka sampai lupa bahasa Inggris.

Selama
45 menit G-Pluck menyanyikan sebanyak 18 lagu yang kemudian ditutup
dengan lagu Ticket to Ride. Ketika lagu terakhir dinyanyikan semua
penonton ikut bernyanyi dan bergoyang.

Selama pekan mengenang
The Beatles itu, G-Pluck tampil tujuh kali dalam lima hari yaitu Cavern
Pub, Mathew Street, City Centre , tetapi juga di Ranelagh Place,
Adelphi Hotel, Liverpool.

Tuni Morris mengakatakan meskipun
lagu-lagu yang dinyanyikan grup yang dimotori oleh Awan Garnida (bas),
Wawan (gitar), Adnan Sigit (gitar) dan Beni Pratama (drum) itu
merupakan lagu-lagu Beatles, namun musikalitas G-Pluck begitu total.

"Suara
tidak diragukan lagi, apalagi penampilan di panggung yang lengkap
dengan seragam khas Beatles menunjukan bahwa untuk menjiplak saja
ternyata harus serius," ujar Tuni yang hijrah dari Jakarta ke Inggris
untuk mengikuti suami.

Agaknya, G-Pluck, yang mengklaim sebagai
The Beatles-nya Indonesia berhasil merebut tempat dan bersaing untuk
tampil dalam "Beatles Week Festival" di kota kelahiran super grup band
legendaris itu, Liverpool, Inggris.

Sementara itu President of
Bandung Beatles Community, Rachmanto Sudrajat, mengatakan G-Pluck
bersaing dengan grup band asal Jepang dan Filipina dalam merebut satu
tempat bergengsi tersebut.

"G-Pluck terpilih menjadi perwakilan
dari Asia karena paling mirip secara musikal dengan The Beatles dan
bahkan alat musik yang digunakan sebagian besar sama dengan The
Beatles," ujar Rachmanto. Antara

"The Beatles Indonesia" Manggung di Liverpool

27/08/2008 12:22

"The Beatles Indonesia" Manggung di Liverpool

Liputan6

Liputan6, Jakarta: Jika
Liverpool merasa berbangga dengan The Beatles-nya, maka Jakarta boleh
juga berbangga dengan G-Pluck alias jiplakan The Beatles. Karena,
baru-baru ini mereka tampil di kandang The Beatles di Liverpool dan
mendulang sukses.



"Mimpi saja tidak pernah," kata Awan, pemain bas G-Pluck, mengomentari
penampilannya di club "Cavern Pub", Mathew Street, Liverpool. Tempat
itu merupakan debut manggung John Lennon, Paul McCartney, Ringo Starr,
dan George Harrison, hingga nama The Beatles mendunia dan melegenda.



Selain Awan Garnida, kelompok musik digawangi Wawan, Adnan Sigit, Beni
Pratama, Ramundo Gascaro, dan Tompak. Sejak awal pendiriannya, mereka
memang menjiplak habis tampilan John Lennon dan kawan-kawan, hingga
mereka mengaku sebagai The Beatles-nya Indonesia.



Kehadiran G-Pluck di ajang "Beatles Week Festival" pada 22-27 Agustus
itu, bukanlah hal mudah. Mereka harus bersabar dan menunggu lama untuk
meraih kesempatan. Karena hanya 40 kelompoik musik yang berhak
manggung, sementara ada 200 band dari 65 negara berada di antrian.



"Kelompok musik dari Asia hanya dari Jepang dan Indonesia," kata Awan.



Selain itu, G-Pluck juga harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit,
agar benar-benar menjadi kloning The Beatles. Gitar Adnan Sigit dicari
yang sama persis dengan kepunyaan George Harrison. Bahkan, mereka juga
menyiapkan kostum yang menyerupai kostum awak The Beatles.



"Setiap kali kita manggung, nama Indonesia selalu disebut-sebut. Bahkan
di luar panggung, banyak pula meneriakkan nama band kami," kata Awan.
G-Pluck tampil tujuh kali selama pesta Beatlemania itu.



"Bangga sekali. Akhirnya, saya bisa melihat grup band Indonesia tampil
di ajang international," kata Tuni Morris, warga Indonesia yang hijrah
ke Inggris mengikuti suaminya.



Fenomena Beatlemania, lazimnya disebut "Beatles tribute band", bukan
hanya terjadi di Indonesia. Karena, kelompok musik legendaris itu
"bermain" lintas generasi, lintas suku, dan lintas negara. Di
Indonesia, penggemar Beatles tergabung dalam "Indo Beatlemania Club".



"Lucu memang ada The Beatles yang berwarna kulit sawo matang dan berhidung pesek," kata Awan.(SHA/ANTARA)

Hotel Grand Melia Terbakar

27/08/2008 13:22

Hotel Grand Melia Terbakar
Liputan6

Liputan6.com, Jakarta:
Kebakaran melanda Hotel Grand Melia di Jalan H.R. Rasuna Said,
Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (27/8) pukul 11.20 WIB. Namun hingga
berita ini disusun belum diketahui penyebab kebakaran.



Ada 12 mobil pemadam kebakaran yang dikerahkan untuk memadamkan si
jago merah. Api diduga berasal dari ruangan pencucian pakaian yang
terletak di bawah lobi hotel.(IKA/Tim Liputan 6 SCTV)

Blog Archive