Saturday, July 12, 2008

Manusia Kawat

Noorsyaidah Mulai Diperiksa Dokter
Laporan: Tribun Kaltim/Muhammad Khaidir
Jumat, 11-07-2008 | 15:00:21

SAMARINDA, BPOST - Noorsyaidah, warga Jl Merdeka 3 Samarinda yang dari perutnya mengeluarkan kawat, Jumat (11/7) pagi dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) AW Syahranie. Ia memulai tahap pengobatan.

Tim dokter yang dipimpin langsung oleh Direktur RSUD AW Syahranie, dr Ajie Syirafuddin menjemput Noorsyaidah di rumahnya sekitar pukul 08.00 WITA. Awalnya, keluarga sempat menolak, karena keluarga khawatir dengan kondisi mental Noorsyaidah.

Tetapi tim dokter yang beranggotakan tujuh orang berhasil merayu Noorsyaidah. Pukul 09.30 WITA, Noorsyaidah tiba di RSUD AW Syahranie, Jl Dr Soetomo, Samarinda. Noorsyaidah kemudian masuk ke ruang MSCT Scaning dan berlangsung selama 20 menit. Setelah itu ia masuk ke ruangan sinar X.

"Ini masih tahap awal. Kami baru melakukan diagnosa. Belum tahu hasilnya, karena masih mengumpulkan data-data. Setelah proses ini selesai, akan kami rapatkan. Hasilnya nanti kami informasikan kepada keluarga. Untuk langkah selanjutnya kami serahkan kepada keluarga, apakah mereka siap atau tidak," ujar Ajie.

Sementara ini keluarga masih belum mau Noorsyaidah menjalani rawat inap. "Kondisi Noorsyaidah masih labil. Kami khawatir kondisi mentalnya, makanya kami ingin dia di rumah dulu," ucap Siti Robiah, kakak Noorsyaidah yang juga datang ke RSUD AWS.

Siti Robiah mengatakan, hasil diagnosa dokter nanti akan mereka diskusikan. "Keluarga akan mendiskusikan terlebih dahulu sebelum mengambil langkah selanjutnya, " ucap Siti.

Noorsyaidah pun mengaku tegang. "Saya agak tegang. Doakan saya sembuh ya," ucapnya lirih. Saat berita ini diturunkan, Noorsyaidah sudah diantar kembali ke rumahnya oleh tim dokter RS AWS.

---------------------

Derita ‘Manusia Kawat’ (1), Aku Juga Ingin Menikah

Jumat, 11-07-2008 | 01:30:14

TUJUH belas tahun sudah, Noorsyaidah (40) menahan rasa sakit. Dia menderita penyakit aneh, di perut dan dadanya bermunculan puluhan batang kawat.

“Mungkin Allah SWT ingin memperlihatkan kepada dunia bahwa dengan kekuasan-Nya apa pun bisa saja terjadi dan sayalah orang yang dipilih untuk memperlihatkan kekuasan-Nya itu. Maka itu saya harus menjalaninya dengan tabah,” ujarnya dengan lirih saat ditemui di rumah kakaknya di Samarinda Ilir, Kaltim, kemarin.

Keanehan itu dialami Noor sejak kuliah di Fakultas Sospol Universitas Mulawarman. “Dulu hanya sekitar seminggu kawat-kawat itu berjatuhan sendiri dan hilang. Sekitar sebulan kemudian bermunculan lagi. Nah, sekarang ini sudah sekitar enam bulan lebih, kawat-kawat di perut saya ini tidak ada yang jatuh atau hilang. Jadi, sungguh menderita sekali,” katanya.

Segala upaya pengobatan, mulai dari medis, alternatif, hingga mendatangi orang ‘pintar’ sudah dilakukannya. Namun, penyakit tersebut tetap tak sembuh. Operasi mungkin sudah puluhan kali dijalani. Tapi kawat-kawat itu setelah dicabut dengan cara medis tak mau hilang dari dirinya.

“Semua orang bilang bahwa penyakit saya ini terkena santet atau semacamnya, tapi berani jujur bahwa saya ini tak pernah punya musuh atau menyakiti orang lain. Makanya, dokter atau orang pintar yang mengobati penyakit saya ini juga bingung untuk menyembuhkannya. Sekarang saya pasrah kepada Allah SWT,” ujar perempuan yang menjadi guru TK Alquran di Sangatta, Kutai Timur itu.

Bentuk kawat yang tumbuh di badan Noor memang tak berbeda dengan jenis kawat lazimnya. Besarnya seperti peniti berukuran besar. Saat Tribun Kaltim (group BPost) memegang salah satu kawat yang pernah jatuh dan disimpan oleh Noor, kawat tersebut seperti kawat biasa yang mudah berkarat, warnanya kecokelatan.

Panjangnya bervariasi, mulai dari sepuluh sentimeter hingga duapuluh sentimeter. Ada yang hanya satu sisinya yang runcing, namun ada pula yang kedua sisinya runcing.

Selama di Samarinda, Noor sebenarnya ingin sekali menonton langsung Pembukaan PON XVII di Stadion Utama Palaran. Namun, karena takut kawat-kawat di tubuhnya akan mengenai orang lain, Noor hanya menyaksikan geladi bersih pada 3 Juli 2008 lalu. “Yang penting bisa melihat Stadion Palaran yang katanya megah itu, Alhamdulillah. (Menonton) Pembukaan cukup di televisi saja,” ujarnya.

Kendati selalu tabah dan tetap suka bergaul dengan orang lain, namun untuk urusan asmara atau percintaan, Noor tetap tak bisa menyembunyikan rasa rendah dirinya. Hingga kini dia belum memiliki calon pasangan hidup karena khawatir sang suami menyesal dengan penyakit aneh yang dideritanya.

Ketika remaja hingga kuliah di Samarinda, Noor dikenal sebagai perempuan yang tomboi. Dia tak pernah sedikit pun membedakan orang yang akan dan telah menjadi temannya sehari-hari. Seperti perempuan pada umumnya, Noor juga pernah memiliki pujaan hati atau pacar.

Selain, di kalangan teman-temannya, dia dikenal memiliki jiwa sosia yang tinggi. Pernah ada teman yang tak mampu membayar uang kuliah, tanpa meminta imbalan apa pun Noor langsung membantu dengan ikhlas.

“Saya sebagai perempuan normal tentu mau menikah dan punya anak. Tapi yah... karena penyakit aneh ini membuat saya merasa tak memikirkannya lagi. Lebih baik fokus menjalani hidup saya selanjutnya,” ujar Noor.

Beruntung anak kelima dari enam bersaudara ini memiliki keluarga dan teman-teman dekat yang juga tabah dan mau memaklumi sisi kehidupannya yang pahit itu. Bahkan, Kakak kandung Noor, Hj Siti Robiah mengatakan adiknya itu justru sering memberikan motivasi hidup kepada teman-temannya. (TK)

------------------------------------------------

Derita ‘Manusia Kawat’ (2), Terpaksa Sujud di Atas Bantal

Sabtu, 12-07-2008 | 01:33:21

NOORSYAIDAH tetap tabah menjalani hidup. Salat lima waktu tak sekali pun ditinggalkan. Awalnya, masih bisa salat dengan berdiri. Namun, posisi itu membuat perutnya nyeri. Noor lalu melakukannya dengan duduk. Tiga bantal ditumpuk di depannya untuk menahan kepalanya saat sujud agar kawat-kawat yang keluar dari perutnya tidak tertekan

Sejak kecil Noor telah dididik oleh orangtuanya untuk selalu ingat kepada-Nya. Karena itu, dia mencoba untuk tetap tabah dan meyakini bahwa penyakit aneh yang dideritanya ini adalah atas kehendak Allah.

Noor salat dengan posisi duduk, tetap menggunakan mukena (pakaian salat perempuan). Dia pernah kembali mencoba salat dengan posisi berdiri, tetapi hal itu membuatnya kesulitan.

"Ini adalah ujian dari Allah SWT, bagaimana saya harus diuji apakah sanggup untuk menjalaninya atau tidak. Alhamdulillah, khususnya persoalan salat yang harus mengeluarkan gerak itu, saya tetap bisa melaksanakannya, mudah-mudahan dengan izin Allah juga saya akan tetap bisa melaksanakannya," kata Noor.

Bagi keluarganya, Noor dikenal sangat taat menjalankan perintah agama. Dia tak pernah bosan mengingatkan keponakan-keponakannya untuk salat bersama-sama jika azan telah dikumandangkan.

Ketekunan Noor terhadap persoalan agama juga terlihat di Sengatta, Kutai Timur, Kaltim. Dia menyalurkan jiwa sosialnya sebagai seorang guru agama. "Banyak yang berkonsultasi soal agama dengan Noor," kata sang kakak, Hj Siti Robiah.

Noor sangat menginginkan kesembuhan tetapi dia menginginkan cara penyembuhan itu tidak keluar dari akidah agama Islam.

"Saya mendapat ujian penyakit ini karena Allah SWT yang mengizinkannya. Seandainya Allah tidak mengizinkan, saya yakin tidak ada ujian seperti yang saya alami ini. Artinya saya pun sembuh dengan izin Allah," ujar Noor.

Simpati terus berdatangan. Direktur Utama RSU Abdul Wahab Syahranie Samarinda Ajie Syirafuddin, sehari setelah melihat sendiri perut Noor yang mengeluarkan kawat, langsung menyiapkan sebuah kamar khusus agar perempuan berusia 40 tahun itu bisa mendapat perawatan intensif.

Menurut Ajie, melalui perawatan yang intensif, diharapkan Noor bisa terbebas dari jenis penyakit yang diakuinya baru kali ini muncul dalam dunia medis. Tak cuma kamar khusus, Ajie juga siapkan tim khusus. Tim ini terdiri atas enam dokter spesialis dan seorang ulama dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Samarinda.

Para dokter yang menjadi anggota tim merupakan dokter terbaik di bidangnya. Ada ahli bedah, ahli bedah tulang, ahli jiwa, ahli laboratorium, ahli rontgen, dan ahli penyakit dalam. "Kita full team, makanya kami kerahkan semua para dokter spesialis terkait untuk penanganan Ibu Noor itu. Bahkan, semua perangkat medis yang dimiliki RSU AW Syahrani akan kami turunkan," kata Ajie.

Terkait keberadaan ulama dalam tim, dia mengatakan, penyakit yang diderita Noor belum pernah terjadi sebelumnya. Bukan tidak mungkin penyakit itu muncul akibat adanya kekuatan supranatural. Kisah yang dikemukakan Noor atau keluarganya juga mengisyaratkan tidak tertutupnya kemungkinan itu.

Jumat (11/7) pagi, Noor memulai tahap pengobatan. Begitu tiba di rumah sakit, dia langsung masuk ke ruang MSCT Scaning selama 20 menit. Setelah itu, dia masuk ke ruangan sinar X.

"Ini masih tahap awal. Kami baru melakukan diagnosa. Belum tahu hasilnya, karena masih mengumpulkan data-data. Setelah proses ini selesai, akan kami rapatkan. Hasilnya nanti kami informasikan kepada keluarga. Untuk langkah selanjutnya kami serahkan kepada keluarga, apakah mereka siap atau tidak," ujar Ajie.

Sayang, pihak keluarga masih belum mau Noor menjalani rawat inap.

"Kondisi Noor masih labil. Kami khawatir kondisi mentalnya, makanya kami ingin dia di rumah dulu," ucap Siti Robiah. Jumat sore, Noor kembali ke rumah kakaknya di Samarinda.

Bagaimana sikap Noor? "Saya agak tegang. Doakan saya sembuh ya," katanya dengan lirih. Apa sebenarnya penyakit Noor dan bagaimana pula pandangan paranormal? Ikuti terus kisahnya di BPost. (TK)

Source : Banjarmasin Post

No comments: