[ Jum'at, 25 Juli 2008 ]
Tak Ada Kata Maaf dari Ryan
WONOGIRI - Sudah menghilangkan nyawa masih membuat geram keluarga. Itu dilakukan Verri Idam Heniansyah alias Ryan, pelaku mutilasi dan pembunuhan di Jakarta dan Jombang, terhadap keluarga salah satu korbannya.
Keluarga Vincenstius Yudi Priyono, 31, warga RT 2 RW 3 Dusun Bendorejo, Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri kota sama sekali tidak melihat penyesalan di diri Ryan. Keluarga Vincenst memang sempat bertemu Ryan di Surabaya, Rabu (23/7) siang lalu.
Dalam perjumpaan singkat itu, tidak ada ucapan maaf atau kata-kata bernada menyesal dari mulut Ryan. Ungkapan geram pun meluncur dari bibir Sri Sumiyati, 50, ibu kandung Vincenst kepada koran ini, tadi malam (24/7).
Saat koran ini tiba di rumah --yang hanya beberapa meter dari pinggiran Waduk Gajah Mungkur (WGM) itu-- Sri Sumiyati dan suaminya (ayah tiri Vincenst) Sukatno, 53, dan Sulistyanto, 35, kakak kandung Vincenst sedang duduk di ruang depan.
Mereka menemui salah satu kerabat dari Solo. Meski belum mengadakan acara apapun, penataan ruang depan rumah itu sudah berubah. Etalase rumah makan dan beberapa barang lain, termasuk bangku yang semula di sana, disingkirkan. Sebagai gantinya dihamparkan tikar untuk tempat duduk-duduk. "Kami tiba tadi (dinihari kemarin) sekitar pukul 02.30," kata Sri Sumiyati dan Sukatno.
Guratan kesedihan tampak jelas diwajah mereka, namun dalam perbincangan, pasangan ramah itu sudah berulangkali mengumbar senyum dan tawa. Dibanding orang tuanya, rona duka di muka Sulistyanto lebih nampak. Selama perbincangan dia juga berulangkali menerima telepon. "Bersamaan dengan kejadian ini (dugaan tewasnya Vincenst) nenek dari keluarga istri saya juga meninggal, Mas," kata dia.
Ditanya bagaimana perasaannya saat ketemu Ryan. Sri Sumiyati menjawab sulit melukiskannya. Saking beratnya menahan emosi, dia mengaku hanya bisa menjerit. Sukatno juga mengaku memendam amarah. "Saat ketemu itu, tersangka (Ryan) hanya melirik, tidak ada ucapan sama sekali," tandas dia.
Dari semua keluarga yang ke Surabaya. Sulityanto mengaku merasakan gelora batin paling berat. "Untung kami ketemu (dengan Ryan) siang. Kalau ketemunya pagi mungkin saya tidak bisa menahan diri. Siangnya, saya berpikir daripada tambah masalah mending menahan emosi," akunya.
Sepulang dari Surabaya, Sri Sumiyati mengatakan 90 persen yakin salah satu jasad korban keganasan Ryan adalah anak ketiganya. Pasalnya, penjelasan ciri-ciri korban dari polisi sama persis dengan Vincenst. Foto yang ditunjukkan polisi, juga jelas foto Vincenst.
Perasaan keluarga semakin kuat saat mereka diminta mengenali barang yang ditemukan polisi di kamar Ryan. Mereka mengenali helm, tas pinggang, sandal jepit dan jaket milik Vincenst. "Sandal jepit dan jaket anak saya warnanya oranye, persis yang ditemukan di kamar Ryan," jelas Sumiyati.
Meski Sumiyati mengaku yakin, polisi belum membolehkan mereka membawa pulang jasad yang diduga anaknya itu. Jenazah baru boleh dibawa pulang setelah hasil tes DNA keluar. Polisi, kata mereka, menjanjikan tes DNA paling lambat selesai 2 pekan.
Meski secara fisik belum ada persiapan penyambutan jenazah sama sekali. Sumiyati sudah mulai mengoordinasikan rencana pemakaman Vincenst. Sumiyati minta pendapat saudara dan kerabat. Pasalnya, keluarga besar mereka mayoritas muslim.
Tetapi beberapa tahun lalu, Yudi pindah agama dan menggunakan nama baptis Vincenstius. "Saat Vincenst niat bunuh diri sampai koma 7 jam dulu, dia pernah pesan kalau mati agar dikubur dengan cara Katolik," ungkap Sumiyati.
Mengingat wasiat anaknya, Sumiyati mengatakan, saat ini dirinya mulai membicarakan tata cara penguburan Vincenst. Sebelum Vincenst diduga kuat jadi korban pembantaian, ternyata keluarga sudah pernah was-was terhadap nasibnya.
Itu terjadi Februari lalu, saat Vincenst harus keluar dari perusahaan kredit elektronik dan funiture Courts cabang Jombang. Lantaran, perusahaan tempatnya bekerja tidak jalan. Beberapa hari setelah Vincenst mengabarkan dirinya keluar dari perusahaan, keluarga tidak bisa lagi menghubunginya. "Setiap kali saya telepon, panggilan selalu dialihkan," kata Sulistyanto.
Hal itu membuat keluarga cemas. Sebab putus kontak itu hanya terjadi selang sebulan setelah Vincenst berniat bunuh diri menenggak racun serangga. Informasi yang diperoleh koran ini dari keluarga, Vincenst nekat lantaran patah hati pasangannya akan menikah dengan wanita. Saking waswasnya, keluarga mencari paranormal. "Saat itu, paranormal yang saya datangi mengatakan, Vincenst berada di rumah agak mewah bersama 5 pria dan 1 wanita. Mungkin saat itu, adik saya belum dibunuh," terang Sulistyanto.
Meski sudah berupaya maksimal, keluarga tak berhasil menemukan Vincenst sampai ada kabar buruk Vincenst jadi korban pembunuhan berantai. Sumiyati dan Sulistyanto mengakui, selama ini tidak bisa menyelami Vincenst lantaran pribadinya sangat tertutup.
Seperti diberitakan, penyidikan kasus pembunuhan mutilasi terhadap Heri Santoso, 12 Juli lalu, melebar ke Jombang, Jatim. Sebab, tersangka Ryan kepada petugas mengaku pernah membunuh di kampung halamannya itu.
Direktorat Reserse Kriminal Polda Metro Jaya bersama jajaran Polres Jombang menggali kebun belakang rumah Ryan di Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Jombang.
Hasilnya, setelah menggali lebih dari 5 jam, petugas menemukan empat jasad korban. Nama-nama mereka adalah Guntur, warga Nganjuk; Ariel, warga Cimanggis, Depok; Grendy, warga Negara Belanda; dan Vincent, asal Solo.
Selasa kemarin (22/7) pukul 15.00 keluarga Sumiyati ditelepon mendapatkan kabar dari kepolisian. Intinya, Yudi Priyono alias Vincenst telah diduga sebagai salah satu korban pembunuhan berantai yang dilakukan Verry Idam Heryansyah alias Ryan di Jombang. (ito/tej)
Tak Ada Kata Maaf dari Ryan
WONOGIRI - Sudah menghilangkan nyawa masih membuat geram keluarga. Itu dilakukan Verri Idam Heniansyah alias Ryan, pelaku mutilasi dan pembunuhan di Jakarta dan Jombang, terhadap keluarga salah satu korbannya.
Keluarga Vincenstius Yudi Priyono, 31, warga RT 2 RW 3 Dusun Bendorejo, Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri kota sama sekali tidak melihat penyesalan di diri Ryan. Keluarga Vincenst memang sempat bertemu Ryan di Surabaya, Rabu (23/7) siang lalu.
Dalam perjumpaan singkat itu, tidak ada ucapan maaf atau kata-kata bernada menyesal dari mulut Ryan. Ungkapan geram pun meluncur dari bibir Sri Sumiyati, 50, ibu kandung Vincenst kepada koran ini, tadi malam (24/7).
Saat koran ini tiba di rumah --yang hanya beberapa meter dari pinggiran Waduk Gajah Mungkur (WGM) itu-- Sri Sumiyati dan suaminya (ayah tiri Vincenst) Sukatno, 53, dan Sulistyanto, 35, kakak kandung Vincenst sedang duduk di ruang depan.
Mereka menemui salah satu kerabat dari Solo. Meski belum mengadakan acara apapun, penataan ruang depan rumah itu sudah berubah. Etalase rumah makan dan beberapa barang lain, termasuk bangku yang semula di sana, disingkirkan. Sebagai gantinya dihamparkan tikar untuk tempat duduk-duduk. "Kami tiba tadi (dinihari kemarin) sekitar pukul 02.30," kata Sri Sumiyati dan Sukatno.
Guratan kesedihan tampak jelas diwajah mereka, namun dalam perbincangan, pasangan ramah itu sudah berulangkali mengumbar senyum dan tawa. Dibanding orang tuanya, rona duka di muka Sulistyanto lebih nampak. Selama perbincangan dia juga berulangkali menerima telepon. "Bersamaan dengan kejadian ini (dugaan tewasnya Vincenst) nenek dari keluarga istri saya juga meninggal, Mas," kata dia.
Ditanya bagaimana perasaannya saat ketemu Ryan. Sri Sumiyati menjawab sulit melukiskannya. Saking beratnya menahan emosi, dia mengaku hanya bisa menjerit. Sukatno juga mengaku memendam amarah. "Saat ketemu itu, tersangka (Ryan) hanya melirik, tidak ada ucapan sama sekali," tandas dia.
Dari semua keluarga yang ke Surabaya. Sulityanto mengaku merasakan gelora batin paling berat. "Untung kami ketemu (dengan Ryan) siang. Kalau ketemunya pagi mungkin saya tidak bisa menahan diri. Siangnya, saya berpikir daripada tambah masalah mending menahan emosi," akunya.
Sepulang dari Surabaya, Sri Sumiyati mengatakan 90 persen yakin salah satu jasad korban keganasan Ryan adalah anak ketiganya. Pasalnya, penjelasan ciri-ciri korban dari polisi sama persis dengan Vincenst. Foto yang ditunjukkan polisi, juga jelas foto Vincenst.
Perasaan keluarga semakin kuat saat mereka diminta mengenali barang yang ditemukan polisi di kamar Ryan. Mereka mengenali helm, tas pinggang, sandal jepit dan jaket milik Vincenst. "Sandal jepit dan jaket anak saya warnanya oranye, persis yang ditemukan di kamar Ryan," jelas Sumiyati.
Meski Sumiyati mengaku yakin, polisi belum membolehkan mereka membawa pulang jasad yang diduga anaknya itu. Jenazah baru boleh dibawa pulang setelah hasil tes DNA keluar. Polisi, kata mereka, menjanjikan tes DNA paling lambat selesai 2 pekan.
Meski secara fisik belum ada persiapan penyambutan jenazah sama sekali. Sumiyati sudah mulai mengoordinasikan rencana pemakaman Vincenst. Sumiyati minta pendapat saudara dan kerabat. Pasalnya, keluarga besar mereka mayoritas muslim.
Tetapi beberapa tahun lalu, Yudi pindah agama dan menggunakan nama baptis Vincenstius. "Saat Vincenst niat bunuh diri sampai koma 7 jam dulu, dia pernah pesan kalau mati agar dikubur dengan cara Katolik," ungkap Sumiyati.
Mengingat wasiat anaknya, Sumiyati mengatakan, saat ini dirinya mulai membicarakan tata cara penguburan Vincenst. Sebelum Vincenst diduga kuat jadi korban pembantaian, ternyata keluarga sudah pernah was-was terhadap nasibnya.
Itu terjadi Februari lalu, saat Vincenst harus keluar dari perusahaan kredit elektronik dan funiture Courts cabang Jombang. Lantaran, perusahaan tempatnya bekerja tidak jalan. Beberapa hari setelah Vincenst mengabarkan dirinya keluar dari perusahaan, keluarga tidak bisa lagi menghubunginya. "Setiap kali saya telepon, panggilan selalu dialihkan," kata Sulistyanto.
Hal itu membuat keluarga cemas. Sebab putus kontak itu hanya terjadi selang sebulan setelah Vincenst berniat bunuh diri menenggak racun serangga. Informasi yang diperoleh koran ini dari keluarga, Vincenst nekat lantaran patah hati pasangannya akan menikah dengan wanita. Saking waswasnya, keluarga mencari paranormal. "Saat itu, paranormal yang saya datangi mengatakan, Vincenst berada di rumah agak mewah bersama 5 pria dan 1 wanita. Mungkin saat itu, adik saya belum dibunuh," terang Sulistyanto.
Meski sudah berupaya maksimal, keluarga tak berhasil menemukan Vincenst sampai ada kabar buruk Vincenst jadi korban pembunuhan berantai. Sumiyati dan Sulistyanto mengakui, selama ini tidak bisa menyelami Vincenst lantaran pribadinya sangat tertutup.
Seperti diberitakan, penyidikan kasus pembunuhan mutilasi terhadap Heri Santoso, 12 Juli lalu, melebar ke Jombang, Jatim. Sebab, tersangka Ryan kepada petugas mengaku pernah membunuh di kampung halamannya itu.
Direktorat Reserse Kriminal Polda Metro Jaya bersama jajaran Polres Jombang menggali kebun belakang rumah Ryan di Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Jombang.
Hasilnya, setelah menggali lebih dari 5 jam, petugas menemukan empat jasad korban. Nama-nama mereka adalah Guntur, warga Nganjuk; Ariel, warga Cimanggis, Depok; Grendy, warga Negara Belanda; dan Vincent, asal Solo.
Selasa kemarin (22/7) pukul 15.00 keluarga Sumiyati ditelepon mendapatkan kabar dari kepolisian. Intinya, Yudi Priyono alias Vincenst telah diduga sebagai salah satu korban pembunuhan berantai yang dilakukan Verry Idam Heryansyah alias Ryan di Jombang. (ito/tej)
1 comment:
mbak/mas hehehe..blognya pasangi iklan biar dapat duit aku liat di search engine blog saudara lumayan teratas , ni link program bisnis yang menyediakan iklan dan kita dapat bayaran
http://kumpulblogger.com
sekarang wordpress juga bisa bergabung , dulu hanya blogger
Post a Comment